Cinta Yang Lain

/
0 Comments
Hei, apa kabar? Sedang apa disana? Kutitipkan cerita tentangmu kepada barisan bintang paling terang di angkasa malam. Aku masih disini, jika engkau berkenan untuk bertanya kabarku. Entah sampai kapan, mungkin selamanya. Sekarang, biarlah semuanya seperti ini. Mengalir tanpa alur yang pasti. Entah mengapa, kadang sesuatu yang abstrak lebih menarik untuk dilihat. Masih teringat jelas, sangat jelas bahkan, saat-saat pertama kali aku memandangimu dengan penuh senyuman. Bahkan jika ada orang yang ingin aku bercerita, aku sanggup menjabarkan setiap rincinya.

Mungkin, kita memang bukanlah "kita" lagi. Mungkin "kita" sudah kembali, engaku dengan duniamu, dan aku dengan duniaku. Aku bahkan tak ingat dunia seperti apa tempatku dulu, entahlah. Tapi, itu bukanlah alasan bagiku untuk melewatkanmu begitu saja. Mungkin kau memang sudah pergi jauh, sangat jauh. Bahkan, anginpun tak sanggup mengejarmu. Sementara aku, masih disini. Berdiri, diam dan menunggu. Entah sampai kapan, aku tak tahu. Mungkin aku sudah terbiasa menunggu, meski itu adalah sebuah ketidak pastian. Justru jika aku tak menunggu, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku pun tak tahu, sebenarnya aku ini apa. Entah ini setia, atau justru kebodohan yang tak ada habisnya. Aku tak tahu. Bagiku, keduanya hampir sama. Menunggu, dan berharap. Meskipun aku tahu, kau tak akan pernah dan tak mungkin kembali. Bahkan, untuk sekedar menengok pun rasanya sangat mustahil.

Darimu, aku belajar banyak hal. Darimu, aku akhirnya mengerti arti bahagia, dan duka. Sekarang aku mengerti apa itu luka. Aku hanya belum mengerti bagaimana menyembuhkannya.Aku tak pernah kecewa, bahkan sekedar berpikir untuk itu pun tak pernah. Justru aku harus berterima kasih, karena engkau pernah menjadi alasanku berjuang. Aku juga tak memaafkanmu, karena memang kau tak berhutang satu maaf pun kepadaku. Mungkin memang aku yang terlalu memaksakan diri.

Aku tak pernah berusaha melupakanmu, apalagi berusaha untuk menghapus semua kenangan yang pernah kita ciptakan bersama. Untuk apa? Toh kita sendiri yang menulisnya, bukan? Aku tak pernah ingin melupakan. Aku justru ingin berdamai, dengan hatiku sendiri, dan dengan segenap perasaan yang aku miliki.

Pergilah, berbahagialah. Tak perlulah kau risaukan aku lagi. Aku tak layak menerima perhatianmu. Simpanlah untuk orang yang tepat bagimu nanti, yang tak akan mengecewakanmu seperti aku. Biarlah lelaki bodoh ini menikmati sisa-sisa perasaan yang masih betah bersemayam dalam hati. Aku sedang belajar untuk merelakanmu, dengan segala sakitnya. Berat memang, tapi itu bukanlah alasan untuk menyerah, bukan? Aku memang lemah, tapi aku tak sepayah itu. Sekarang, izinkan aku untuk tetap mencintaimu, dengan pemahaman yang baru. Karena cinta itu persahabatan.

"Mawar pun akan tumbuh di tegarnya karang jika Kau menghendakinya"

Dibawah senja yang sama, 18 Maret 2016


You may also like

No comments:

Written By Yus. Powered by Blogger.