Bahagia itu sederhana
Sesederhana bumi berputar
Pagi yang hangat
Burung yang berkicau
Sesederhana hadirmu
Beserta senyum indahmu
Yang mampu usir kelabuku
Dan warnai hariku
Sesederhana caramu
Membuatku bahagia
Dengan penerimaan apa adanya
Tanpa meminta
Sesederhana kau
Setulus cintamu
Menggenggam jemariku
Bersenandung dalam hatiku
Ajari aku
Untuk menjadi sederhana
Agar lengkap bahagiaku denganmu
Seperti katamu, bahagia itu sederhana, sayang
-Yus

Cinta memang tak memiliki mata, sayang
Tapi ia tak buta
Ia melihat dengan rasa
Jauh kedalam, menembus nadi

Lantas, mengapa mereka bilang buta
Jika mata pun tak ada
Meraba pun tak bisa
Hanya bersandar dalam lubuk

Sayangku, kuberi tahu kau satu hal
Mereka yang menuduh buta telah abai terhadap rasa
Mencari celah apapun
Menghalalkan gejolak

Mereka membunuh rasa
Membuatnya buta
Memaksa kehendak demi nikmat yang semu
Yang tak mereka sadari, membuat noda dibaju sendiri

Cinta selalu suci
Karena ia hakikat
Yang dinodai oleh mereka
Ia menjadi kelabu

Cinta selalu peka
Karena ia meraba dengan doa
Mengisi dalam senja
Memeluk lewat mimpi

-Yus

Halo pagi
Senyummu sapa cakrawala
Semburatnya bersahaja
Hangatkan raga, damaikan jiwa

Halo pagi
Hujan atau tidak, tetap ada
Bersapa diatap semesta
Pertanda hidup yang terus ada

Halo pagi
Jika lusa kau tak datang
Semoga bukan karena dendam
Apalagi malas, karena memang mustahil

Halo pagi
Hangatmu nyamankan duniaku
Sepucuk mentari mengintip dibalik tudungmu
Anggun menunduk dalam hening

Halo pagi
Jika kau datang lagi
Sampaikan segenap salamku
Kepada pemilik senyum terindah diujung senja

-Yus
Kalau kau mengharap seikat bunga
Hanya untaian kata yang kupunya

Ketika kau meminta sekotak coklat
Cuma sebaris doa yang bisa kuberi

Bila kau mencari serpihan pelangi
Sepotong hatilah yang kuberi

Nanti, kalau kau ingin berteduh
Kubangunkan rumah dari rusuk

-Yus

Aku memandang pintu
Menunggu ia terbuka
Bertanya siapa bertamu
Ternyata kau

Senyumanmu menghangatkanku
Tatapmu menenangkanku
Suaramu mengalun merdu
Tapi bukan hari ini

Kau bertanya hariku
Menyapa kabarku
Membuka lembar klasik
Mengungkit baris terakhir

Duhai, aku tak sejatuh itu
Sakitku tak berasa
Bersama dengan hati yang mati
Setelah pergimu yang tetiba

Kini, dan kau
Setelah hilangmu yang gelap
Bersama serpihan yang terserak
Bahwa mendung tak selalu hujan

-Yus

Terbangun disampingmu adalah surga tak bernama
Teduh paling anggun yang tak mampu dirangkum ahli nujum manapun
Peristirahatan terindah dari liang kalbu
Berhias puisi, berselimut rindu

Terhampar kelembutanmu disegala sisi
Terukir anggun dalam sungging
Ah, bahkan sutra pun tak akan menang
Seelok parasmu kembar purnama

Malaikat istimewa tanpa sayap nyata
Terbang dengan kuluman senyum
Menembus duka, menghapus luka
Menggenggam asa milik berdua

-Yus
Dear Penikung Hebat,

Percaya deh, kalau sekarang belum waktunya...
Suatu hari kau akan menemukan pusat semestamu sendiri.
Tak perlu iri, apalagi usik kanan kiri.


Salam,
Korban Kecelakaan
Ia kembali, menerjang bagai ombak
Menghantam setiap karang
Melempar segala buih
Menghempas perkasa

Ia turun, menghujam bagai hujan
Mengalir dalam diam
Deras kemudian menancap
Menyusup jauh ke lubuk

Tapi aku, sayang, adalah kaca
Lalu kau lempar dengan sungging
Melebur dalam serpihan
Pecahan yang terserak

-Yus
Kutulis sebuah surat
Kepada bayang ilusi
Agar tak lagi menghantui
Dalam setiap jengkal mimpi

Lembut kutepis bayangmu
Agar kau tak lagi kembali
Namun, kau dan rasamu nyata adanya
Selalu bisa kembali merasuk

Aku hanyalah ombak pantai
Yang pasang surutnya tergantung kehendak kau
Hanya pasrah dengan tarik ulurmu
Hingga pecah membelah rambut

Kepada ombak aku belajar
Setegar apapun karang menghadang, ia selalu kembali
Terima kasih kopi lanang
Kau membuat sepiku menjadi garang

-Yus
Orang bilang, bahagia itu sederhana
Bagiku, memang sederhana
Sesederhana kamu tersenyum
Sesederhana caraku mencintaimu

Orang bilang, cinta itu buta
Terjadi secara acak dan abstrak
Bagiku, memang abstrak
Makanya aku mencintaimu

Tapi, orang bilang aku ngelantur
Apalagi kamu, bilang aku mimpi
Kalau aku bilang, ini puisi
Puisi orang jatuh cinta, denganmu

Seandainya aku harus memilih
Melepasmu pergi atau menahanmu
Aku pasti akan membiarkanmu pergi, terserah
Asal aku yang antar

-Yus
Aku bukan penyair
Aku juga bukan guru bahasa
Apalagi musisi
Aku cuma mencintaimu

Jadi, maklumi saja jika aku mendekatimu
Apalagi memikirkamu
Kan, aku sedang jatuh cinta
Dan aku mencintaimu

Kalau suatu hari nanti
Kamu juga mencintaiku
Doakan, semoga besok entah lusa
Aku bisa melamarmu

Tapi, kalau kamu tidak
Ya tidak jadi
Berarti aku tahu satu hal
Kamu tidak mau makan martabak bersamaku

-Yus
Ah! Sakit
Tapi sakit itu tak seberapa
Jika bersanding dengan malu
Yang kadang iseng bertamu

Duhai, sungguh pekatnya
Malu yang mengguyur deras
Menggusur semua sakit dan perih
Hingga segala mati rasa

Duhai, betapa sakit itu tak berarti
Meskipun sebiji sawi
Sirna karena malu yang bahkan tak tertampak
Sungguh beratnya

Ah! Sakit
Tapi sakit itu tak seberapa
Jika bersanding dengan malu
Yang kadang iseng bertamu

-Yus-
Mungkin, kau sadar, atau mungkin juga tidak. Atau memang kau yang sengaja membiarkan semua terjadi sesuai kehendakmu. Entahlah, aku hanya mengikuti arusmu. Telah kusingkap semua tabir tersembunyi dalam gelapku, entah memang seperti itu nyatanya, atau sekedar gubahan hebatmu. Hal yang sengaja tak kau ungkap, bahkan setelah lenyapmu yang sekejap lalu. Tapi, entah, sedikitpun aku tak menyimpan marah padamu. Bukan hanya karena tak sanggup, pun tak ingin. Karena hanya dengan memaafkan dan merelakanmu adalah cara terbaikku untuk mendendam, dan mencintamu.

Rasa ini? Ah, biarlah ia tetap tinggal. Sepertinya ia masih betah bersemayam dalam nurani. Selamanya pun tak apa. Biarlah tetap sebesar dulu. Mungkin semua memang tak akan menjadi serumit ini kalau saja kau bukan tamu pertama. Tapi, biarlah kenangan itu bermetamorfosis perlahan, mengendap menjadi sejarah. Bahwa aku tak menyesal mencintaimu. Hanya, mengapa harus kau yang pertama?

Aku masih penasaran, kunci apa yang kau gunakan untuk membuka hati ini dulu. Bahkan, hingga kini aku masih belum mampu menutupnya serapat dulu. Masih sering bocor disana sini. Semoga kepergianmu mengajarkanku lebih banyak dari itu semua. Sepertinya aku harus mengganti dengan pintu baru.

Mungkin aku memang tek pernah menjadi tujuanmu. Tetapi pernah membuatmu tersenyum adalah sebaik-baik perjalanan.
Aku ingin menjadi angin yang selalu berhembus kemanapun kau pergi, agar aku dapat selalu mengawasimu.
Aku ingin menjadi udara yang selalu ada dimanapun kau berada. Yang selalu hadir kapanpun kau butuh.
Aku ingin menjadi matahari, yang selalu menyapamu setiap pagi. Menemani hari-hari indah dan ceriamu.
Aku ingin menjadi bulan, yang selalu hadir dalam mimpi indahmu. Menjagamu dalam lelap.
Aku ingin menjadi hujan, yang setiap tetesnya sanggup meluruhkan bebanmu, menghanyutkan sedikit dukamu. Menghapusnya, dan mengganti semua luka dengan pelangi indah di matamu.
Aku ingin menjadi bayanganmu, yang selalu setia mengikutimu kemanapun dan kapanpun. Agar kau tak merasa sendirian.
Aku ingin menjadi sofa, agar kau dapat berandar kepadaku dan mengusir segala penatmu.

Written By Yus. Powered by Blogger.