3

/
0 Comments
Kita semua pasti pernah mendengar kalimat "hidup itu ibarat mampir minum". Dan memang benar, bahwa hidup ini terasa amat sangat singkat. Bahkan bagi seseorang yang berusia lanjut. Karena kehidupan yang sebenarnya justru baru akan dimulai ketika seseorang menemui kematian. Terlepas dari agama apa yang kita anut atau aliran apa yang anda percayai, kecuali atheisme tentunya, semuanya membahas kehidupan setelah mati. Saya pernah merenung tentang apa maksud dan tujuan manusia hidup, kemudian mati, lalu dihidupkan lagi. Lalu hilang begitu saja bak diterpa angin. Dan akhir-akhir ini saya pernah dihantui pikiran tentang bagaimana jika suatu saat nanti saya mati ketika saya sedang berbuat dosa dan belum bertobat.

Saat inipun saya kembali bertanya-tanya tentang perjalanan hidup ini, karena baru saja saya berhadapan dengan sebuah kenyataan bahwa nenek saya tercinta, yang pernah mengasuh saya saat SD karena saya tinggal jauh dari orang tua saya, dipanggil kehadapan-Nya. Nenek saya berpulang setelah perjuangan panjangnya melawan gangguan pada pernafasannya beberapa tahun silam. Bahkan sebelum beliau dipanggil, beliau masih diuji lagi, yakni harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu. Hingga ayah saya harus merelakan pekerjaannya demi merawat ibunya tercinta. Saya yakin dan percaya bahwa sakit merupakan salah satu sarana untuk menggugurkan dosa. Bahkan dalam sakitnya, beliau masih menyempatkan diri untuk bangun pukul 3 pagi dan menunaikan tahajjud dikala saya dan kebanyakan orang lain masih terbuai mimpi indah. Salah satu hal yang saya kagumi dari nenek saya adalah semangatnya untuk beribadah, yang sampai saat ini saya masih belum bisa menirunya.

Pernah suatu hari, saat beliau diuji oleh Yang Maha Kuasa yakni kemampuan pengelihatannya diambil, beliau menangis karena tidak bisa lagi melihat dan membaca Al-Qur'an. Yang dapat saya tangkap dari semua penjabaran ini adalah, nenek saya sepertinya sangat memahami betul konsep bahwa manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya. Terlepas dari aktivitasnya sebagai seorang ibu, nenek, buyut, dan guru, beliau selalu mengajak kami semua, siapapun itu, untuk selalu berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan dalam setiap nasehatnya. Sekarang, sebagai renungan bagi saya dan pembaca sekalian, sudahkah kita memahami tujuan kita diciptakan dan tujuan hidup kita didunia ini?


 NB: Ini saya tulis dalam perjalanan saya pulang ke rumah setelah medengar kabar bahwa nenek saya sudah selesai berjuang melawan penyakitnya 



You may also like

No comments:

Written By Yus. Powered by Blogger.