Judulnya Belakangan

/
0 Comments
Tugasku bukan untuk membuat kamu bahagia, ataupun membahagiakan kamu. Tugasku hanya melengkapi kamu dan membuat kamu merasa lengkap. Aku, kita, siapapun, nggak bisa membuat orang lain bahagia. Kebahagiaan seseorang itu diluar tanggung jawab dan kuasa kita. Kebahagiaan kamu hanya kamu yang bisa menentukan. Aku bisa melakukan sesuatu agar kamu merasa senang dan bahagia. 

Tapi perihal kamu benar-benar bahagia atau nggak, keputusan itu tetap ada di kamu. Kamu yang buat. Kamu yang menentukan apakah kamu bahagia dengan apa yang kamu lakukan, dengan apa yang aku lakukan untuk kamu, dengan hal-hal yang terjadi sama kamu, dengan hidup yang kamu jalani, dengan apa yang kamu miliki dan nikmati. Dan kita nggak bisa menggantungkan kebahagiaan kita sama orang lain. Ya meski sebenarnya kita memang nggak bisa dan nggak boleh menggantungkan apapun sama orang lain, sih. Yang ada hanya kecewa tanpa ada ujungnya. 

Bahkan, arti kebahagiaan itu sendiri pun, pasti tiap orang beda-beda, dan punya versinya sendiri-sendiri. Ada yang bahagia karena punya anak, ada yang bahagia karena bisa berbagi, ada yang bahagia dengan menolong orang lain, ada yang bahagia karena mimpinya tercapai, ada yang bahagia karena bisa menikah dengan orang yang dicintainya, ada yang bahagia karena punya uang banyak ada juga yang bahagia dengan membuat orang lain bahagia dan melihat orang yang dicintainya bahagia. Aku adalah dua yang terakhir. Kamu pasti juga punya definisi sendiri tentang kebahagiaan versi kamu yang gimana. 

Buatku, kebahagiaan kamu adalah yang utama. Ya, setidaknya itu yang sedang aku wujudkan, entah caranya harus bagaimana, masih dipikirin sambil jalan. Aku sedang berusaha mewujudkan cinta yang menghasilkan kasih sayang. Karena buatku, cinta itu nggak abadi. Kasih sayang nggak harus berlandaskan cinta. Sedang cinta, belum tentu menghasilkan kasih sayang. Dan setelah aku pikir-pikir. Cinta tanpa kasih sayang bisa berbahaya. Apalagi ketika cinta itu sendiri mulai memudar. 

Aku menyaksikan ini dikeluargaku. Aku sekarang ngerti, kenapa nggak ada ikatan batin dikeluargaku. Ya karena memang nggak ada cinta. Seperti bapakku yang sejak pertama memutuskan untuk menikahi ibuku pun, memang nggak pernah cinta. Dan sepertinya cinta atau nggak cinta, namanya rumah tangga ya pasti ada aja sih cekcok. Tapi karena ada kasih sayang (mungkin), mereka bisa punya anak 6. Bapakku tetap menjalankan tanggung jawabnya sebagai ayah dan suami, begitupun ibuku, sebagai ibu dan istri. Dan sehebat apapun pertengkaran mereka, nggak pernah sekalipun bapakku ngomong kasar, ngebentak, bahkan sampe mukul ibuku. Meski aku tau, bapakku orangnya keras, suaranya tinggi, dan emosian. Bahkan bapakku dulu selalu nasehatin aku "jangan pernah sekalipun ngebantah omongan ibumu, jangan pernah bilang 'ah', jangan ngebentak, dan jangan kasar", beliau bahkan ngutip sabda Rasulullah yang nerangin kalo derajat ibu itu 3x lebih mulia dari ayah, dan bahwa surgaku, ada dibawah kaki ibu. Jadi, kalau mau surga, ya harus memuliakan ibu. Begitupun ibuku, tetep aja sabar sama kelakuan ayahku, masih tetep bikinin kopi dua kali sehari, masak buat suami dan anak-anaknya, cuci baju bapakku, meskipun lagi berantem dan diem-dieman. Bahkan aku sama adekku pernah heran, dua orang ini padahal sebenernya sama-sama nggak cocok, kok ya bisa-bisanya mereka menikah, bertahan selama 27 tahun, udah gitu punya anak 6, lagi. Tapi kesimpulan yang aku ambil dari semua itu adalah, ya inilah yang namanya kasih sayang. 

Menurutku, kamu marah tapi tetep memperlakukan pasanganmu sebagaimana biasanya, tetep menafkahi, tetep bikinin kopi, tetep masak, tetep pamit kalo mau pergi walaupun sambil cemberut dan nggak mau liat muka, itu adalah wujud kasih sayang. Coba, bandingin kalau nggak ada kasih sayang. Mungkin kamu bakalan dikunci dari dalem dan harus tidur diluar, banyak perabotan yang pecah karena sering berantem, harus masak sendiri atau beli diluar karena pasanganmu ngambek, dan nggak jarang anak yang jadi sasaran. 

Definisi-definisi panjang lebar diatas mungkin banyak salahnya, karena itu adaah penjelasan menurut aku. Dan aku yakin, lebih banyak yang nggak setuju daripada yang mengimani. Fair enough, setiap orang punya cara berpikir sendiri dan punya konsep masing-masing yang nggak akan sama. Justru perbadaan pola pikir itu yang bikin manusia ini unik, bukan? 

Udah lah, bahas kebahagiaan aja jadi panjang gini. 




You may also like

No comments:

Written By Yus. Powered by Blogger.