Mendung Diatas Bumi Kelabu

/
0 Comments
Dibawah gemuruh langit kelabu ini, izinkan aku mendekap bayangmu dalam memori. Mengucap sepatah kata dan sebaris doa untukmu. Ingin kutitipkan salamku lewat desah angin disela pepohonan. Bersama dengan turunnya tetesan rindu ini, biarkan raga ini terlelap. Berkelana bersamamu dialam mimpi. Hai burung gereja diatas pohon, maukah kau menyampaikan salamku kepada bulan yang tetap bersinar ditengah hari. Salam dari sang surya yang kehilangan cahayanya. Terhalang awan kelabu yang berhiaskan rindu. Biarkan aku merindu, menatap hampa keujung bingkai kenangan. Izinkan aku mencintaimu dalam diamku. Menyesapnya dalam setiap helaan nafasku. Aku hanyalah seonggok gumpalan darah yang hina. Yang selalu memujamu dalam setiap tetes darahku. Biarkan hati ini yang menanggung semua rasa dan asa ini. Tak perlulah kugaungkan kepada semesta. Cukup aku, engkau dan rindu dalam secangkir kenangan ini. Kepada bulan ditengah hari, pinjamkan aku kekuatan cahayamu. Agar aku mampu mengusir sepi diujung kelabu.

Kamu itu satu dan kamu istimewa. Seperti bulan yang selalu menyebarkan kehangatan dalam setiap pancaran sinarnya yang menenangkan. Kamu adalah satu dari sekian malaikat tanpa sayap, yang menerangi setiap hembus nafas ini.

Biarkan aku mengungkapkan segalanya dalam kiasan, karena sejujurnya akupun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Biarkan bintang-bintang di hamparan langit yang menafsirkannya. Aku hanya ingin mengarungi sungai deras ini bersamamu. Aku tak pernah sanggup untuk menyatakan kebenaran hati ini, karena nyaliku tak terisi. Pun aku tak sanggup berdusta karena terlalu berat untuk menyembunyikan semua kebenaran rasa ini. Biarkan aku membasuh lukamu dengan tawa dan menghapus air matamu dengan canda.

Karenamu aku menjadi pelangi penuh warna, tak lagi hanya setumpuk warna hitam putih dalam balutan kelabu. Keindahan yang kau rasa tercipta karena adanya campuran warna dalam cahaya asmara.

Izinkan aku menjadi bagian dari romansa diujung rindu. Kenapa waktu terasa lelah dan malas berputar tanpamu, kau bertanya. Aku pun tak tahu, kasih. Seakan ia sengaja menguji kesabaran kita dalam lorong hampa  yang gelap dan sepi ini. Menyiksa, menghanyutkan dalam sepi disetiap detaknya.

Meskipun purnama tahu tak semudah itu menggapai matahari, ia tak akan pernah menyerah. Karena ia tahu, kesetiaannya tak semudah itu ditaklukkan. Meskipun ia tahu, jarak dan waktu tak lagi bersahabat dengannya. Meski ia tahu, ia mungkin terbakar oleh matahari. Aku yakin, purnama ini akan selalu memelukku dan menemaniku dengan segala kekhawatirannya.

Tapi, tahukah engkau mengapa Tuhan menciptakan purnama? Untuk berbagi kehangatan, kedamaian, serta kerinduan bersama sang surya. Membagi cahaya kasih di bumi cinta ini. Biarpun badai menggelora, dan ombak bergejolak, toh pada akhirnya semua berakhir dengan sebuah senyum indah yang terpancar dari semesta. Kebahagiaan yang berasal dari kumpulan cahaya rindu, dan setetes embun fajar. Aku tahu segala rasamu, biarkan ia ada dalam diamnya. Dekap aku, maka kau akan mengerti mengapa rindu ini tak perlu terucap, karena ia hanya butuh tersampaikan. Bahkan semesta pun sadar, bahwa purnama bersniar kaena matahari. Aku tahu, mendung ini yang menghalangi hangat sinarku kepadamu.

Diamlah, tenangkan ragamu sejenak. Aku tahu kau terlalu lelah menanggung beban rindu yang teramat ini. Esok, izinkan aku yang menanggungnya. Sekarang, simpalnlah ia dalam asa. Ketika sang surya kembali lagi esok, peluklah aku sekuatmu, rengkuhlah kumpulan belulang ini. Luapkan segala asa dan rasa dalam dadamu. Biarkan aku menerima semuanya. Izinkan aku menjadi tempat bersandarmu.

Biarlah jarak dan waktu bermain dalam dunianya. Selama kau dan aku masih menjadi kita, aku tak takut. Rintangan pasti menghadang, badai pasti menerjang. Tapi aku percaya, selama kau masih berdiri disisiku, semangatku tak akan pernah padam. Apapun yang terjadi. Dibawah purnama aku bernanung, kepada purnama aku kembali.


You may also like

No comments:

Written By Yus. Powered by Blogger.