Surat Untukmu, Seseorang Yang Berhasil Membuka Hatiku

/
0 Comments
Masih ingatkah engkau, saat pertama kali kita bertemu? Hari-hari dimana kita masih saling canggung. Saat-saat kita masih baru saling mengenal. Aku hanya sekedar mengenalmu, tanpa peduli kau ada maupun tidak. Hari demi hari yang kulalui masih terbilang 'datar'. Aku pun selalu menyepelekan dan bahkan 'mati rasa' untuk urusan hati.
Tiba-tiba, entah mengapa dan bagaimana caranya, kita menjadi dekat. Kau selalu menyapaku, tersenyum padaku, bahkan tak segan untuk sekedar basa basi. Ya, saat itu aku hanyalah seorang pria dungu yang tak mengerti, apa ini. Aku terlalu mati rasa untuk mengerti yan sebenarnya terjadi. Oleh karena itu aku bergerak mundur, dan menghilang secara perlahan. Karena saat itu aku masih belum yakin dengan diriku sendiri, dan aku tak mengerti arti dibalik semua ini. Yang kurasakan saat itu hanyalah kebingungan dan ketakutan. Karena aku pun belum pernah mengalaminya.
Yang bisa kulakukan saat itu hanyalah menghindarimu, dan bahkan membuatmu membenciku. Maafkan kebodohanku saat itu, alih-alih aku membuatmu membenciku, kau malah terluka karena tindakan cerobohku ini. Aku kalap, aku tak tahu kemana harus berlindung. Aku sendiri, tersesat dalam pelarianku tanpa tahu, kemana harus melangkah.
Saat aku menyangka kau akan membenciku, justru kau malah mendekatiku dan mengatakan hal-hal yang justru membuatku gemetar dan ingin secepatnya enyah dari hadapanmu segera. Kau masih tetap tersenyum, berusaha untuk mempeebaiki semua. Walaupun toh, sebenarnya aku yang menghancurkan segalanya. Kau, dengan sabarmu meyakinkanku bahwa aku mampu untuk memulai lagi, memperbaiki segalanya.
Lalu, ketika kita sudah berhasil memperbaiki ini, kau kembali bertanya dengan menghujamkan kata-katamu yang menusuk jauh kedalam. Tapi aku sadar, bahwa sakit yang kau rasakan saat itu jauh lebih parah. Aku mengerti, lukamu sangat dalam karenaku. Aku hanya mampu menjawabmu dengan jawaban yang bahkan aku sendiri tak sanggup memahaminya. Karena saat itu, aku terlalu sibuk untuk menutup rapat-rapat pintu hatiku daripada belajar untuk menerimamu. Kau yang selalu menerimaku apa adanya.
Aku ingin belajar untuk lebih menerimamu apa adanya dirimu. Engkau, yang seutuhnya menjadi dirimu sendiri. Tanpa peduli hujatan mereka yang iri dan benci padamu. Aku ingin menjadi dia, dia yang selalu disisimu seperti apapun keadaanmu dan disetiap langkahmu. Aku ingin menjadi rumah, rumah yang menjadi tempatmu kembali. Kembali dari rutinitasmu yang melelahkan, menjadi tempatmu bersandar dan berkeluh kesah. Aku ingin menjadi bagian dari ceritamu, mewarnai setiap lembarnya. Menjadi tempat berlindungmu dikala senang maupun susah.
Semua terasa istimewa semenjak kita melangkah beriringan dengan tujuan yang sama. Hari ini tak terlupa ketika kau genggam tanganku, tangan yang dingin ini. Dingin karena merindukan kehangatanmu. Hari ini melelahkan, tapi lelah itu sirna ketika matamu menatap kearahku. Mata yang bersinar, dengan pandanganmu yang menyejukkan dan selalu membuatku rindu. Aku tahu aku penuh kekurangan. Aku tahu kita tak pernah luput dari kesalahan, kita pernah berpisah, kita pernah bersama, tapi hal itu tak merubah segalanya. Segalanya adalah rasa, rasa yang semoga tak akan pernah padam dan harapan yang tak akan sirna.
Ajari aku untuk menjagamu, menemani setiap langkahmu, menjagamu dalam gelap, menguatkanmu dikala rapuh, mendengarkan setiap keluh kesahmu, menghangatkanmu dalam dingin, menghiburmu dalam diam, mengubah tangismu menjadi tawa, mengubah mendung menjadi pelangi. Ajari aku untuk mengerti dirimu. Jika suatu saat nanti aku pergi, bawa aku kembali. Kembali kepelukanmu, berjalan bersamamu.
Aku tahu, aku sadar, aku bukanlah seorang pujangga roman yang sanggup menghujanimu dengan kata-kata mesra. Aku bukanlah saudagar kaya yang bisa menjamumu setiap saat. Aku juga bukan musisi yang mampu membuatkanmu nada-nada indah untuk dikenang. Aku hanyalah seorang pemuda rapuh yang ingin mengungkapkan perasaanku dengan caraku sendiri. Meskipun harus kuakui, aku tak tahu ini apa. Aku hanya merasa, bahwa aku sudah merasa nyaman melalui hari-hari bersamamu. Aku hanya ingin berjuang bersama, sekuat yang kita bisa, sejauh dan selama yang kita mampu. Aku pun tak pernah berharap ini akan berakhir. Seiring berjalannya waktu, kita akan menemukan jawaban atas pertanyaan kita. Tapi aku tak butuh jawaban, aku hanya menginginkanmu disampingku, dan menghabiskan waktu bersamamu.


You may also like

No comments:

Written By Yus. Powered by Blogger.