Hei, apa kabar? Sedang apa disana? Kutitipkan cerita tentangmu kepada barisan bintang paling terang di angkasa malam. Aku masih disini, jika engkau berkenan untuk bertanya kabarku. Entah sampai kapan, mungkin selamanya. Sekarang, biarlah semuanya seperti ini. Mengalir tanpa alur yang pasti. Entah mengapa, kadang sesuatu yang abstrak lebih menarik untuk dilihat. Masih teringat jelas, sangat jelas bahkan, saat-saat pertama kali aku memandangimu dengan penuh senyuman. Bahkan jika ada orang yang ingin aku bercerita, aku sanggup menjabarkan setiap rincinya.

Mungkin, kita memang bukanlah "kita" lagi. Mungkin "kita" sudah kembali, engaku dengan duniamu, dan aku dengan duniaku. Aku bahkan tak ingat dunia seperti apa tempatku dulu, entahlah. Tapi, itu bukanlah alasan bagiku untuk melewatkanmu begitu saja. Mungkin kau memang sudah pergi jauh, sangat jauh. Bahkan, anginpun tak sanggup mengejarmu. Sementara aku, masih disini. Berdiri, diam dan menunggu. Entah sampai kapan, aku tak tahu. Mungkin aku sudah terbiasa menunggu, meski itu adalah sebuah ketidak pastian. Justru jika aku tak menunggu, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku pun tak tahu, sebenarnya aku ini apa. Entah ini setia, atau justru kebodohan yang tak ada habisnya. Aku tak tahu. Bagiku, keduanya hampir sama. Menunggu, dan berharap. Meskipun aku tahu, kau tak akan pernah dan tak mungkin kembali. Bahkan, untuk sekedar menengok pun rasanya sangat mustahil.

Darimu, aku belajar banyak hal. Darimu, aku akhirnya mengerti arti bahagia, dan duka. Sekarang aku mengerti apa itu luka. Aku hanya belum mengerti bagaimana menyembuhkannya.Aku tak pernah kecewa, bahkan sekedar berpikir untuk itu pun tak pernah. Justru aku harus berterima kasih, karena engkau pernah menjadi alasanku berjuang. Aku juga tak memaafkanmu, karena memang kau tak berhutang satu maaf pun kepadaku. Mungkin memang aku yang terlalu memaksakan diri.

Aku tak pernah berusaha melupakanmu, apalagi berusaha untuk menghapus semua kenangan yang pernah kita ciptakan bersama. Untuk apa? Toh kita sendiri yang menulisnya, bukan? Aku tak pernah ingin melupakan. Aku justru ingin berdamai, dengan hatiku sendiri, dan dengan segenap perasaan yang aku miliki.

Pergilah, berbahagialah. Tak perlulah kau risaukan aku lagi. Aku tak layak menerima perhatianmu. Simpanlah untuk orang yang tepat bagimu nanti, yang tak akan mengecewakanmu seperti aku. Biarlah lelaki bodoh ini menikmati sisa-sisa perasaan yang masih betah bersemayam dalam hati. Aku sedang belajar untuk merelakanmu, dengan segala sakitnya. Berat memang, tapi itu bukanlah alasan untuk menyerah, bukan? Aku memang lemah, tapi aku tak sepayah itu. Sekarang, izinkan aku untuk tetap mencintaimu, dengan pemahaman yang baru. Karena cinta itu persahabatan.

"Mawar pun akan tumbuh di tegarnya karang jika Kau menghendakinya"

Dibawah senja yang sama, 18 Maret 2016
Masih terngiang jelas suaramu dalam setiap mimpiku, bahkan bayangmu jelas tergambar. Bisikan, tangis, tawa, senandungmu, semuanya. Semua terasa jelas, sangat nyata. Ternyata, waktu memang kurang pas untuk dijadikan teman. Selalu ada kejutan dalam setiap tarikan nafas. Selalu ada misteri dibalik kedipan mata.

Ketika masa menjemput, hanya kata terlambat yang terucap. Hanya sesal yang terasa. Tapi aku sadar, semua memang ada batasnya. Mungkin inilah batasku. Mengubah pandangan menjadi kenangan. Aku sudah tahu hari ini akan datang. Namun aku tak pernah menduga ia datang secepat ini, bahkan disaat aku belum siap, dan memang tak akan pernah siap.

Setelah semua yang terjadi, aku tak menyesal. Untuk apa? Toh engkau tak akan kembali. Masa lalu bukan untuk diratapi. Ia hanyalah bagian dari sekelumit perjalanan hidup yang singkat. Sebuah warna baru dalam kisahku. Karena aku sadar, tak semua dinding sanggup ditembus. Tak semua lautan dapat diselami.

Sekarang saatnya untuk tetap melangkah, perlahan namun pasti. Melihat kedepan, dan tersenyum kepada dunia bahwa sampai detik ini aku masih mengenangmu. Aku hanya sanggup bersyukur, dan berterima kasih. Atas hadirmu dalam kisahku dan menjadi bagian darinya, dan mengajakku untuk mewarnai kisahmu. Terima kasih, untuk semua kisah yang kita tulis bersama. Untuk semua canda, tawa, luka, air mata, suka dan duka yang engkau beri. Semua yang telah enkau ajarkan kepadaku tentang arti hidup, dan membuatnya lebih bermakna. Karena pada akhirnya semua ini bukan hanya tentang berapa besar usaha untuk tetap menjaga agar terus berjalan seirama, namun juga seberapa lapang dada ini untuk menerima dan melepasmu pergi.

Selamat jalan. Aku tak pernah pergi, dan tak akan. Datanglah, kapanpun kau membutuhkanku. Aku masih akan selalu ada disini untukmu. Sekarang, dan mungkin seterusnya.
Written By Yus. Powered by Blogger.