Tanah itu masih basah
Oleh duka dan airmata
Tergeletak diatasnya karangan kembang
Masih harum dan segar

Awan senantiasa selimuti kota
Membuat pagi terasa sendu
Bahkan untuk merelakan sebuah nama
Yang terlampau cepat pulang

Hanya ada airmata dan
Doa menggema dipelosok desa
Lirih, namun syahdu
Membuat pendengarnya bergetar

Selesai sudah perjalanan panjang itu
Berhenti disebuah bilik
Dipagi yang terlalu awal
Membuat sanak diujung berebut pulang
Kita semua pasti pernah mendengar kalimat "hidup itu ibarat mampir minum". Dan memang benar, bahwa hidup ini terasa amat sangat singkat. Bahkan bagi seseorang yang berusia lanjut. Karena kehidupan yang sebenarnya justru baru akan dimulai ketika seseorang menemui kematian. Terlepas dari agama apa yang kita anut atau aliran apa yang anda percayai, kecuali atheisme tentunya, semuanya membahas kehidupan setelah mati. Saya pernah merenung tentang apa maksud dan tujuan manusia hidup, kemudian mati, lalu dihidupkan lagi. Lalu hilang begitu saja bak diterpa angin. Dan akhir-akhir ini saya pernah dihantui pikiran tentang bagaimana jika suatu saat nanti saya mati ketika saya sedang berbuat dosa dan belum bertobat.

Saat inipun saya kembali bertanya-tanya tentang perjalanan hidup ini, karena baru saja saya berhadapan dengan sebuah kenyataan bahwa nenek saya tercinta, yang pernah mengasuh saya saat SD karena saya tinggal jauh dari orang tua saya, dipanggil kehadapan-Nya. Nenek saya berpulang setelah perjuangan panjangnya melawan gangguan pada pernafasannya beberapa tahun silam. Bahkan sebelum beliau dipanggil, beliau masih diuji lagi, yakni harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu. Hingga ayah saya harus merelakan pekerjaannya demi merawat ibunya tercinta. Saya yakin dan percaya bahwa sakit merupakan salah satu sarana untuk menggugurkan dosa. Bahkan dalam sakitnya, beliau masih menyempatkan diri untuk bangun pukul 3 pagi dan menunaikan tahajjud dikala saya dan kebanyakan orang lain masih terbuai mimpi indah. Salah satu hal yang saya kagumi dari nenek saya adalah semangatnya untuk beribadah, yang sampai saat ini saya masih belum bisa menirunya.

Pernah suatu hari, saat beliau diuji oleh Yang Maha Kuasa yakni kemampuan pengelihatannya diambil, beliau menangis karena tidak bisa lagi melihat dan membaca Al-Qur'an. Yang dapat saya tangkap dari semua penjabaran ini adalah, nenek saya sepertinya sangat memahami betul konsep bahwa manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya. Terlepas dari aktivitasnya sebagai seorang ibu, nenek, buyut, dan guru, beliau selalu mengajak kami semua, siapapun itu, untuk selalu berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan dalam setiap nasehatnya. Sekarang, sebagai renungan bagi saya dan pembaca sekalian, sudahkah kita memahami tujuan kita diciptakan dan tujuan hidup kita didunia ini?


 NB: Ini saya tulis dalam perjalanan saya pulang ke rumah setelah medengar kabar bahwa nenek saya sudah selesai berjuang melawan penyakitnya 

Satu satunya hal yang irasional adalah cinta. Cinta membuat seaeorang tidak berada di tempat yang seharusnya. Ia sanggup mengubah seseorang yang awalnya membenci sesuatu berubah menjadi menyukainya, bahkan sebaliknya. Cinta adalah kekuatan maha dahsyat yang sampai saat ini masih belum ditemukan partikel partikel spesifik yang menjadi penyusunnya. Kekuatan masif, yang sangat mengagumkan, juga mengerikan.

Cinta mampu memnyembuhkan orang sekarat dengan ajaib, dan mampu membuat orang yang awalnya berakal sehat menjadi gila. Sudah banyak bukti nyata dari semua kriteria diatas yang terjadi dalam realita sehari hari penduduk alam semesta ini. Ilmu matematika sampai saat ini tak mampu menemukan rumus penyebab seseorang jatuh cinta, bahkan sains pun tidak dapat menyusun senyawa cinta.

Satu satunya ilmu yang mampu menterjemahkan cinta dalam bahasanya sendiri hanyalah filsafat, dan sastra. Darinya, tak perlu ada kamus yang menjabarkan tentang cinta. Biarkan manusia memilih, apa sebenarnya cinta menurut mereka. Karena cinta tak pernah bisa dipaksakan.

Tapi seyogyanya kita juga mempertimbangkan masak masak sebelum memutuskan untuk mencintai sesuatu, atau seseorang. Ingatlah, diatas langit masih ada langit. Masih ada Sang Pemilik Cinta yang mengasihi hamba-Nya tanpa pamrih. Yang selalu mengawasi kita siang-malam, bukti cinta yang suci dan murni Masih ada orang tua yang selalu mengasihi dan menjaga kita tanpa kenal lelah, menunjukkan makna cinta yang sebenarnya, juga bukti dari kekuatan kolaborasi cinta dan kasih sayang manusia. Boleh jatuh cinta, asal kita tetap berusaha menjadi diri sendiri dan tidak terlalu menggebu, yang ada malah hanya menjadi nafsu belaka.
Senja ini selalu sama
Kadang jingga, setengah merah, setengah biru
Jika sedang mendung warnanya kelabu
Tapi senja selalu sepi
Mungkin bagi sebagian orang indah dipandang
Tapi tidak bagi warga metropolitan
Senja hanyalah lambang kelelahan
Akhir dari sebuah hari yang akan terulang esok
Monoton, selalu begitu
Hanya berbeda jika menjelang hari libur 
Tapi tidak bagi para pelukis dan penyair
Senja selalu istimewa
Senja selalu punya cerita yang berbeda
Senja selalu sempurna
Written By Yus. Powered by Blogger.