To be honest, I don't where to start. Tapi intinya ini minta maaf. Aku nggak perlu dimaafin, karena tau salahku udah fatal banget dan bikin kamu kecewa. Kamu mungkin bisa bilang kamu nggak marah, dan nggak kesel sama aku. Tapi dari caramu bales chat, aku tau kalo kamu seenggaknya pasti kesel, males dan kecewa sama aku. 

Aku minta maaf kalo sering banget bikin kamu kecewa. Aku minta maaf kalo ternyata aku masih kepoin akun mantan, walau aku gainget kapan,  meskipun waktu itu udah janji gaakan buka-buka lagi. Aku gapunya alasan dan pembelaan apapun, karena memang gapunya dan ga berhak ngebela diri. Toh, mau pake alasan apapun juga, buktinya jelas kok. 

Aku minta maaf kalo ternyata ekspektasi kamu terhadap aku ternyata jauh banget. Apa yang kamu harapkan dan impikan selama tujuh tahun ini, ternyata rusak hanya dalam waktu tiga bulan. Ironisnya, yang ngerusak adalah aku. Dan kalo ternyata habis ini kamu masih tetep mau diemin aku dan bahkan mau pergi, aku gaakan marah, nggak berhak juga. Karena dari awal aku yang salah. 

Aku minta maaf kalau selama kita pacaran dan berantem, salahnya selalu di aku. Aku ngitung kok, kita udah empat kali diem-dieman dan itu semua karena aku. Bodoh ya, aku? Hehe. Gak pernah belajar dari kesalahan. Pantes banyak yang kecewa sama aku, termasuk kamu dan ayahku juga. 

Aku bukan orang yang bisa ngerayu, dan ngebujuk sampe maksa biar kamu nggak ngambek dan nggak marah lagi sama aku. Bukan karena aku nggak mau nyoba. Aku udah nyoba dan ternyata memang aku nggak bisa kayak gitu. Aku nggak biasa ngemis maaf dan maksa orang buat maafin aku. Karena aku sadar, kesalahan yang aku buat pasti bikin orang lain kecewa. Kecewa ini yang nggak bisa dihapus. Yang bisa aku lakukan ya minta maaf, berusaha buat hubungin kamu, sambil menghukum diriku sendiri. Sekiranya kamu risih sama aku, karena mungkin aku mengganggu, ya aku gaakan ganggu kamu lagi. Lebih baik aku nggak ada daripada kamu merasa terganggu sama kehadiran aku. 

Aku selalu merasa aku pantes dihukum karena kesalahanku. Dan aku stres ketika didiemin. Semua rasa bersalah itu yang bikin aku akhirnya nyakitin diri sendiri. Karena nggak ada yang ngasih aku hukuman akibat perbuatanku, maka aku yang jadi hakim buat aku sendiri. Karena cuma itu yang bisa aku lakuin buat ngurangin rasa sakitnya. We create another pain to forget the pain itself. 

Aku sayang banget sama kamu, makanya aku takut banget bikin kamu kecewa. Aku sayang banget sama kamu, makanya aku nggak pernah ngerasa pantes buat dapetin kamu. You're just too good to be true, to good to have me. Aku nggak pantes buat kamu dan mungkin nggak akan bisa buat kamu ngerasa cukup. You're my everything, my world. If I lose you, I'll be fucking damned.
Tugasku bukan untuk membuat kamu bahagia, ataupun membahagiakan kamu. Tugasku hanya melengkapi kamu dan membuat kamu merasa lengkap. Aku, kita, siapapun, nggak bisa membuat orang lain bahagia. Kebahagiaan seseorang itu diluar tanggung jawab dan kuasa kita. Kebahagiaan kamu hanya kamu yang bisa menentukan. Aku bisa melakukan sesuatu agar kamu merasa senang dan bahagia. 

Tapi perihal kamu benar-benar bahagia atau nggak, keputusan itu tetap ada di kamu. Kamu yang buat. Kamu yang menentukan apakah kamu bahagia dengan apa yang kamu lakukan, dengan apa yang aku lakukan untuk kamu, dengan hal-hal yang terjadi sama kamu, dengan hidup yang kamu jalani, dengan apa yang kamu miliki dan nikmati. Dan kita nggak bisa menggantungkan kebahagiaan kita sama orang lain. Ya meski sebenarnya kita memang nggak bisa dan nggak boleh menggantungkan apapun sama orang lain, sih. Yang ada hanya kecewa tanpa ada ujungnya. 

Bahkan, arti kebahagiaan itu sendiri pun, pasti tiap orang beda-beda, dan punya versinya sendiri-sendiri. Ada yang bahagia karena punya anak, ada yang bahagia karena bisa berbagi, ada yang bahagia dengan menolong orang lain, ada yang bahagia karena mimpinya tercapai, ada yang bahagia karena bisa menikah dengan orang yang dicintainya, ada yang bahagia karena punya uang banyak ada juga yang bahagia dengan membuat orang lain bahagia dan melihat orang yang dicintainya bahagia. Aku adalah dua yang terakhir. Kamu pasti juga punya definisi sendiri tentang kebahagiaan versi kamu yang gimana. 

Buatku, kebahagiaan kamu adalah yang utama. Ya, setidaknya itu yang sedang aku wujudkan, entah caranya harus bagaimana, masih dipikirin sambil jalan. Aku sedang berusaha mewujudkan cinta yang menghasilkan kasih sayang. Karena buatku, cinta itu nggak abadi. Kasih sayang nggak harus berlandaskan cinta. Sedang cinta, belum tentu menghasilkan kasih sayang. Dan setelah aku pikir-pikir. Cinta tanpa kasih sayang bisa berbahaya. Apalagi ketika cinta itu sendiri mulai memudar. 

Aku menyaksikan ini dikeluargaku. Aku sekarang ngerti, kenapa nggak ada ikatan batin dikeluargaku. Ya karena memang nggak ada cinta. Seperti bapakku yang sejak pertama memutuskan untuk menikahi ibuku pun, memang nggak pernah cinta. Dan sepertinya cinta atau nggak cinta, namanya rumah tangga ya pasti ada aja sih cekcok. Tapi karena ada kasih sayang (mungkin), mereka bisa punya anak 6. Bapakku tetap menjalankan tanggung jawabnya sebagai ayah dan suami, begitupun ibuku, sebagai ibu dan istri. Dan sehebat apapun pertengkaran mereka, nggak pernah sekalipun bapakku ngomong kasar, ngebentak, bahkan sampe mukul ibuku. Meski aku tau, bapakku orangnya keras, suaranya tinggi, dan emosian. Bahkan bapakku dulu selalu nasehatin aku "jangan pernah sekalipun ngebantah omongan ibumu, jangan pernah bilang 'ah', jangan ngebentak, dan jangan kasar", beliau bahkan ngutip sabda Rasulullah yang nerangin kalo derajat ibu itu 3x lebih mulia dari ayah, dan bahwa surgaku, ada dibawah kaki ibu. Jadi, kalau mau surga, ya harus memuliakan ibu. Begitupun ibuku, tetep aja sabar sama kelakuan ayahku, masih tetep bikinin kopi dua kali sehari, masak buat suami dan anak-anaknya, cuci baju bapakku, meskipun lagi berantem dan diem-dieman. Bahkan aku sama adekku pernah heran, dua orang ini padahal sebenernya sama-sama nggak cocok, kok ya bisa-bisanya mereka menikah, bertahan selama 27 tahun, udah gitu punya anak 6, lagi. Tapi kesimpulan yang aku ambil dari semua itu adalah, ya inilah yang namanya kasih sayang. 

Menurutku, kamu marah tapi tetep memperlakukan pasanganmu sebagaimana biasanya, tetep menafkahi, tetep bikinin kopi, tetep masak, tetep pamit kalo mau pergi walaupun sambil cemberut dan nggak mau liat muka, itu adalah wujud kasih sayang. Coba, bandingin kalau nggak ada kasih sayang. Mungkin kamu bakalan dikunci dari dalem dan harus tidur diluar, banyak perabotan yang pecah karena sering berantem, harus masak sendiri atau beli diluar karena pasanganmu ngambek, dan nggak jarang anak yang jadi sasaran. 

Definisi-definisi panjang lebar diatas mungkin banyak salahnya, karena itu adaah penjelasan menurut aku. Dan aku yakin, lebih banyak yang nggak setuju daripada yang mengimani. Fair enough, setiap orang punya cara berpikir sendiri dan punya konsep masing-masing yang nggak akan sama. Justru perbadaan pola pikir itu yang bikin manusia ini unik, bukan? 

Udah lah, bahas kebahagiaan aja jadi panjang gini. 


Seperti halnya bahagia, kesedihan juga harus dirayakan
Hidup ini sudah tidak adil, maka janganlah ikut bertindak serupa dengan membungkam kesedihan
Bersedih adalah pertanda hati masih sanggup bekerja dan bisa merasa
Maka, mari kita mengapresiasi hasil kerja hati hari ini dengan bersedih

Seperti halnya bahagia, kesedihan juga harus dirayakan
Entah dengan menangis dipojok kamar mandi, menangis diatas motor sambil berkeliling tengah malam lalu berteriak seperti orang gila, minum berbotol-botol sampai tidak sadar, atau justru sambil bertafakur dan berdzikir, atau hanya menangis saja, pterserah
Asal tidak diingkari keberadaannya dan dianggap tidak ada

Seperti halnya bahagia, kesedihan juga harus dirayakan
Karena tidak ada seorangpun yang selalu merasa baik-baik saja
Dan merasa bersedih, kawan, adalah hal yang menjadikan manusia sebagai manusia
Memangnya ada robot yang bersedih? 
Kecuali kau memang ingin mematikan hatimu, karena sudah lelah merasakan sakit, kecewa dan sedih
Kemudian berubah menjadi mayat hidup, karena akhirnya tidak bisa merasakan apa-apa

Karena seperti halnya bahagia, kesedihan juga harus dirayakan
Hey, it's me again. Surprised? I guess not, cause this is my blog y'all. But today I wanna tell ya something. I really hate it when people say I'm a nice, warm, kind and helpful man. Nah, you just don't know me yet, dude. Don't label me with that good stuff. Indeed, the more you know me and see my darkest side, the more you'll regret saying that I'm kind. Because in fact, I'm not that kind. You'll know that I'm such dick, an asshole, a mess, and a douchebag. 

Sounds childish? I know. Au ah, capek ngomong pake basa enggres perlu mikir. Tapi gini ya, yang bikin males adalah, karena kesan pertamanya orang-orang pada ngecap aku sebagai orang baik, lalu ketika aku tidak menjadi baik, mereka heran, kecewa dan bilang "kok kamu sekarang gini sih" "kamu berubah" "sejak kapan kamu gini", yo bitch, aku udah gini dari dulu, kalian aja yang baru tau sekarang, gausah kaget. Aku manusia setengaah setan, cuma kadang pake topeng malaikat kemana-mana. Banyak kok yang benci sama aku, tersakiti sama aku (buset bahasanya), dan punya dendam sama aku. Aku udah biasa dibenci, jadi rasanya aneh aja kalo ada orang yang suka muji2 aku. Tandanya dia belom kenal betul. 

Ya kalo kalian nyesel kenal sama aku pergi aja. Daripada aku ngerusak ekspektasi kalian, kan. Kalian pikir cuma karena aku lulusan pesantren terus aku orangnya alim, pinter ngaji, suka ibadah, gapernah nakal? Wah anda kebanyakan nonton sinetron, kurang-kurangin ya, gabaik. Anak pesantren juga manusia biasa boss, bisa berbuat dosa juga. Heboh amat. Segitu pentingnya latar belakang seseorang buat jadi patokan kalian nilai orang itu? Yeee, paok. 

Dah ah, gatau mau ngomong apa. Makin kebawah kok tulisannya makin ngawur. 
I think I need a break, kinda long one, but I don't know for how long. So starting from today, I'm deactivating all my main accounts from Instagram and Twitter. Besides, no one's looking for me either. Dan menurutku akhir-akhir ini bermain medsos sungguh melelahkan, overwhelming dan lebih banyak orang debat ga jelas. 

Why bother reach me out? Am I important to you? Aku kan bukan presiden, ngilang dari sosmed ya ga penting juga kan? Aku cuma butuh jeda. Kalo cuma sekadar cari hiburan, kan bisa bikin second account, masih ada TikTok, YouTube, ada game juga. Bersosial media itu baik, tapi bukankah lebih asyik kalo kita bersosialisasi beneran? Lagian kalo follow orang di sosmed kan kita cuma liat apa yang pengen mereka posting, terus pencet like, komen, udah. There's no real interraction there, selain karena emang aku juga jarang berkomunikasi sama orang lain. 

Mungkin kalo setelah 30 hari puasa medsos hidupku lebih baik, I'll delete them permanently. Cukuplah jadi manusia goa, cukuplah bikin medsos untuk kerja, gausah bikin akun personal lagi. Dimanfaatin buat cari duit aja udah. Toh kalo orang emang pengen bersosialisasi pasti larinya ke WhatsApp atau Telegram. Main sosmed emang yang bakalan DM siapa sih? Hahaha, bukan artis, ganteng juga ngga, gausah ngarep dapet DM bejibun sampe ga sempet bacain satu-satu. 

Mungkin setelah ini aku bakal lebih rajin nulis di blog, since I don't have Twitter as my main writing platform. Ya, paling isinya singkat-singkat aja, yang penting jadi kepake lagi. Sayang udah bikin blog dari lama tapi jarang diisi. Puisi sama tulisan yang lain dibikin kalo lagi mood ya, hihihieww. 
Written By Yus. Powered by Blogger.