Permen Karet Bekas

/
0 Comments
Aku meringkuk diujung kamar sambil menggenggam selimut, membiarkan air mataku membanjiri kasur yang menjadi saksi hilangnya sesuatu yang aku pertahankan mati-matian seumur hidup. Ia baru berhenti setelah aku benar-benar menangis. Dan sekarang dengan mudahnya kuberikan kepadanya, walaupun pada awalnya ia yang setengah memaksa. Sekarang apa? Sudah terlambat jika aku menyesalinya, toh semua tak akan sama lagi.

"Kau tidak apa-apa jika begini?", tanyanya. Membuatku mendelik kesal. Kenapa baru sekarang ia bertanya, seolah memang ia sengaja melakukannya.

"Iya, nggak apa-apa kok", jawabku sambil menggaruk dinding yang mulai terkelupas catnya.

"Maaf, jika akhirnya aku memilihnya", bisiknya, lirih.

"Iya, tak apa. Asal, jangan kau perlakukan ia seperti kau memperlakukanku. Ia gadis baik, dan polos. Berbeda denganku, memang aku yang terlampau bodoh", lalu aku menangis lagi. Setelah semua ini, ternyata ia memang lebih memilih gadis itu. Sedang aku disini hanyalah permen karet yang sudah hilang manisnya, lalu ia buang sembarangan.

"Kumohon, jangan berkata seperti itu. Kau tak sebodoh yang kau kira", setelah itu kudengar isaknya. Oh, ternyata ia masih punya hati. Tapi tetap saja ia bajingan. Tiba-tiba aku menyesal telah berbuat baik kepadanya selama ini, dan semua hartaku, mau saja kuberikan kepadanya setiap ia memintanya, hingga sekarang tak ada lagi yang tersisa dariku. Kenapa aku sebodoh ini, Tuhan? Kenapa? Kenapa cinta begitu buta, sehingga aku tak melihat bahwa ternyata ia hanya menjadikanku bonekanya?

"Demi kau, aku akan menjaganya"

Hah, demi aku? Apanya yang demi aku? Kau sudah puas menikmatiku, mengambil semua yang kau mau, mendapatkan semua yang kau minta. Sedang aku? Aku hanya mendapat luka dan air mata karena tingkah nistamu itu. Meskipun setiap kali kau memintanya, aku selalu menyesal setelah itu.

Lalu ia berdiri menyalakan lampu, memakai baju dan celana pendek warna biru favoritnya, kemudian membuka pintu dan pergi. Meninggalkanku sendiri yang masih terisak di atas ranjang dan hanya ditutupi selimut yang belum dicuci. Samar-samar kudengar suara ayam, sudah pagi rupanya.

-Dosa Tengah Malam


You may also like

No comments:

Written By Yus. Powered by Blogger.