Hari ini dapet kiriman gambar, isinya "nyenengin orang lain gaperlu sampe nyusahin diri sendiri"
Merasa tertampar, tapi memang ini seperti kutukan bagi orang-orang perasa dan nggak enakan. Karena suka kepikiran sama perasaan orang lain, padahal orang itu sendiri ga mikir -atau bahkan ga peduli- kita jadi berusaha buat nyenengin perasaan orang lain, terjebak menjadi people pleaser, dan akhirnya nyusahin diri dan perasaan sendiri. 

Parahnya, kita selalu mengusahakan kebahagiaan buat orang lain sampe lupa kapan terakhir kali membahagiakan diri sendiri. Malah, bisa jadi lupa sama apa yang sebenernya bisa bikin kita bahagia karena tenggelam dalam romantisasi kalimat "kalo dia bahagia, gue juga ikut bahagia kok".

Kalo diinget-inget pasti sering kan mendahulukan perasaan orang lain. Giliran diri sendiri malah disuruh sabar, bilang 'nanti aja' 'ah gampang' 'ntar juga mendingan'. Mungkin ocehan saya ini ga relate sama orang-orang egois yang merasa bahwa dunia ini hanya berputar untuknya. Tapi, ya semua orang toxic dengan caranya masing-masing. Ada yang toxic bagi orang lain, ada pula yang toxic bagi dirinya sendiri. Tinggal, kamu masuk golongan yang mana? 

Ironisnya, saking seringnya menyusahkan diri sendiri demi menyenangkan orang lain, kita sampai menormalisasi penderitaan-penderitaan yang terjadi sebagai konsekuensinya. Sampe tiba pada akhirnya, ketika tiba giliran kita merasa senang, malah curiga sama nasib dan ga percaya. Bahkan mikir "kalo sekarang gue ngerasa seneng berarti habis ini bakal ada sesuatu" atau "kalo gue ngerasa seneng, habis ini pasti bakal kenapa-kenapa" terus akhirnya kepikiran, overthinking dan ga jadi seneng beneran. See? Karena terlalu sering merasa bahwa susah itu hal yang wajar, alam bawah sadar kita sampe nggak mengizinkan diri sendiri buat ngerasa senang, apalagi bahagia. Udah takut duluan. 

Efek lain yang ditimbulkan ya termasuk perasaan untuk takut bermimpi, takut berharap, karena trauma sama perasaan kecewa yang datang berulang dan bertubi-tubi. Eh, gatau juga sih. Semua ini kan pendapat saya dan berdasarkan pengalaman pribadi. Efek yang dirasakan tiap orang kan ga mungkin 100% sama. Jadi kalau ada yang nggak sependapat sama tulisan ini ya silahkan. Itu kan pendapat kamu, bukan saya.
Hey, it's me again. Suddenly i just feel so blue. Don't know why and how. Damn, I can't even understand myself. Yet people still pushing me to understand them. Ironic? Hell yeah

How am I supposed to feel alive when all I feel is just an emptiness? I don't even afraid of feeling pain anymore because, pain is all I got. I don't care if I'm bleeding, or if someone crash me on the road. The truth is, sometimes I'm looking for any chance to die on the road. You may call me crazy, and I'm not gonna deny that. 

I don't know what's triggering my mind to overthink but i think it's just everything. Like everytime I feel some insecurities, denial, or anger I just feel like I don't deserve to live anymore. And I don't have someone to share, well maybe I do, but I just not used to tell people how do I feel, what do I want, waht I don't like, what is my favorite songssongs.  I spent most of my life listening to other's problems, but I don't give myself a chance to be a speaker. And everytime I tried to, I just don't know where to start, what should I say, how do I speak without feeling embarrassed.  I know that's stupid, but here I am.  You may leave me if you don't want me. I'm not afraid being unwanted. 

I'm not forcing you to stand by me, I'll never ask you to not leave me.  You'll get tired staying by my side anyway, because of that much negativity inside my mind. I'm sharing this on my blog because I don't think it's doable to share this anywhere else or to someone else at all of a sudden.  All my friends are busy and I don't wanna bother 'em.  I can't force someone to listen to all of my complaints, can I? 
Lately, I often spend my spare times to overthink everything. And to end my life, I think that's a solution. I don't know how much I feel so unwanted and so unloved. And yet I don't have any support system. Where do I seek for help when I trust nobody. 

I used to be some of my friends support system and also became their best ears. But here I am, still feeling alone and so unworthy yet I still wondering if I can still pretend that egerything was fine, till I can't. My biggest fear of sharing a story is that, dare I say, no one can really keep a secret, not even your mom. It will always leak somewhere. And I bet, no one can keep everything secret better than me. Wow, how arrogant I am saying this. But, that's how reality works, at least on me. 

And to make it even worse, I am someone who can get easily offended by people's words. And that's what just happened yesterday. My dad yelled at me all day long saying that I can't even handle everything right. Then last night my girl also mad at me because I didn't pick up her 15 missed calls caused by me got overslept. Well,  all of them was really my fault and that's what makes me even feel more unworthy and yet today I got a ticket from police for missed license plate on my bike. What a beautiful weekend, ey? 

Fortunately, my sanity still handles better than my ego which stopped me from any suicide plans, again. And ended by only cutting my arms like I always do. And if you trying to get me a psychiatric, just don't bother. I just simply won't go there, they just too expensive to reach and I have no insurance policy. 

Sometimes I wonder how people can get along with their dads while I can't. So fair, eh. And how people are having their support system while I'm just sitting here alone and having nobody else to share with. Well, no matter what, in the end I will be alone. At least I'm getting my self to get used to it from now on. 

I have so many siblings and then I think, if I die, my parents won't be mourning me so bad because they still have another kids beside me. And my friends will foreget me so easily because they just don't remember me that much. 

Well I don't care how broken my english is, I'm just in a mood of writing those shitty life of mine. 
Pernah nggak sih sedih tanpa sebab? Nggak ada angin, nggak ada hujan, nggak ada pemicunya juga. Pernah juga nggak, ngerasa worthless, ga guna makanya pengen meninggoy aja? Atau tiba-tiba ngerasa kosong dan nggak punya tujuan hidup? I do. Karena bangun dengan semangat meninggal adalah pessyenku. Maaf ya gaes kalo aku hidup penuh pesimisme dan negativity. Kayak susah aja gitu mau mikir positif. Ya bisa sih, tapi serangan negatif itu lebih banyak. 

Sering ngerasa hampa, kosong dan nggak berharga beberapa tahun terakhir. Nggak jarang juga pengen punya lahan 2x1meter sendiri (u know lah buat apa). Apalagi sejak berhenti kerja dan pulang ke rumah, rasanya kok hidup makin kesini makin ga guna. Bukannya bikin bangga malah jadi beban. Tiap malem selalu nutup mata setelah capek ngelamun dan mikir yang aneh-aneh. But mostly, pikiran itu isinya "kalo gue  gaada semuanya akan lebih baik". Tapi tiap pagi, tiap bangun tidur lihat Ibu masih senyum, bikinin energen sama mie goreng, jadi mikir lagi buat mati. Setidaknya, nggak sekarang. Sampe hari ini rasanya masih kaku buat bilang sayang, maaf dan terimakasih ke orang tua. Malu. Kayaknya aku masih belum pantes buat jadi anak mereka. Gaada yang bisa dibanggain dari diri sendiri juga. Alasanku masih mau bangun tiap pagi karena aku gamau lihat Ibu makin sedih kalo anaknya bunuh diri. Cuma itu, tapi sepertinya mantra itu bekerja dengan baik. Emang bener kata orang, mau setua apapun dan sedewasa apapun kita, dimata Ibu kita ini tetep anak kecil yang harus disayang. 

Aku ga pernah berharap dibikinin energen sama mie goreng tiap pagi sebelum beraktifitas. Ya, simply karena aku masih bisa bikin sendiri. Tapi mungkin karena tiap pagi juga Ibu lihat aku kayak gitu terus jadi beliau punya inisiatif buat masakin anaknya. Selama ini aku udah banyak bikin Ibu kecewa, aku gamau lihat Ibu tambah kecewa karena anaknya mati duluan, bunuh diri lagi. Aku gamau lihat Ibu berhenti senyum dan jadi murung tiap hari. 

Udah ah, kayaknya sekarang blog ini lebih pantes jadi catatan kematian daripada ladang puisi. 
/1/
Hanya arah yang tak bisa dibaca angin 
Enyah menyusup sela-sela jari
Lalu lenyap, kemudian senyap
Perlahan menjadi butir-butir kesedihan
Mengembun diantara kecupan selamat malam
Entah pulang, entah pergi



/2/
Pintu-pintu kota sengaja dibuka
Langit malam berjaga sambil bercerita
Embun jatuh terluka hingga membasahi
Akar kamboja disekitar komplek merah
Subuh terakhir yang menjadi saksi perjalanan
Elegi yang tak pernah disudahi


Kauman, Juni Tahun Corona
Kali ini mau ngomongin passion. Sebenernya, passion itu apa sih? Kok sampe ada istilah "bekerja dengan passion" segala? Bahkan sampe sekarang aku masih ga ngerti maksud orang ngomongin passion itu sebenernya apa. Tapi aku yakin semua orang pasti punya pendapat masing-masing soal passion. Dan disini, aku mau ngomongin pendapatku (bukan pendapatanku ya, hehe. Apasih garing) 

Dari zaman kuliah sampe jadi pengangguran aku selalu dengerin temen-temen disekitarku pada ngebahas soal passion. Bahkan hampir tiap nongkrong, kayaknya. Kata mereka, kita itu kalo kerja harus sesuai sama passion kita biar bisa menjiwai. Mohon maaf nih bang, lu kerja nyari duit apa nyari pencerahan? 

Pernah denger istilah "kerjakan apa yang kamu cintai, cintai apa yang kamu kerjakan"? Kalo belom ya ini aku kasih tau biar pernah. Istilah ini kalo menurutku ya kalo kamu suka sama sesuatu 'dan' itu menghasilkan ya jalanin aja. Senengnya dapet, duitnya juga dapet, ya kan? Tapi gimana kalo kita gabisa ngelakuin apa yang kita senangi? Atau mungkin yang kita senangi itu gabisa menghasilkan uang buat kita? Malah justru bikin boros. Tenang sodara-sodara, masih ada opsi kedua. Ya apa yang kita kerjakan sekarang itu yg harus kita senangi. Kenapa? Ya biar kita tambah semangat lah buat mengerjakan hal tersebut. Nah penjelasan ini yang menurutku jadi definisi dari kata 'pesyen'. Kalo ga jelas ya maap hehe

Apalagi jaman sekarang kalo mau ngomongin passion dan jadi terlalu idealis ya mau makan apa? Kecuali situ inovatif dan bisa menginspirasi. Tapi kan nggak semua orang punya keistimewaan dan kapasitas seperti itu. Makanya kalo aku bilang ya passion itu "sesuatu yang kita kerjakan, kita senangi dan mendatangkan uang sekaligus kesenangan serta kepuasan batin". Halah, ngomong apa aku ini. Udahlah jangan panjang-panjang, gaada yang penting disini
Ditengah kerumunan aku sendiri
Dikeramaian aku sepi
Hanya ada aku, haru, sendu, dan rindu
Aku menangis melihatmu tertawa
Kau tertawa melihatku menangis
Jadi Gini.... 

Sebebernya aku nggak tau mau mulai darimana, karena udah lama ga nulis juga. Apalagi ngeblog, udh vakum lama banget hampir 4 tahun. Tapi berhubung kepala mulai suntuk dan ga ngerti mau cerita kemana, ya jadinya malah balik kesini lagi. Dulu kan awalnya bikin blog emang buat nulis catetan harian sama pengalaman pribadi, tapi malah end up jadi wadah buat tulisan yang nggak mungkin dipajang di fesbuk (dulu belom ada ig). Udah punya ig pun ternyata minder juga mau posting, males dikatain lebay sama sok puitis. Hehe, iya aku minderan parah dari sananya. 

Setahun belakangan ini mulai ngerasain yang namanya capek batin karena hobi mendem masalah. Bukan hobi sih sebenernya, tapi lebih karena ga bakat buat cerita. Sekalinya cerita juga yang dengerin protes karena aku kalo cerita ga bisa urut dan suka setengah-setengah kalo ngomong. Jadi makin males cerita deh, hehe. Ga bakat ngomong sih, bakatnya nulis, makanya curhatnya lewat tulisan terus, biar yg dicurhatin kupingnya ga panas dengerin. Selama ini juga kalo mau ngeluh ya cuma sebatas update status di twitter aja. Alhamdulillah masih punya twitter buat menghibur diri, karena banyak twit receh sama edukasi. Dan karena di twitter banyak yang ga kenal aku jadi ya bebas mau nulis apa aja, toh gaada yang peduli sama akunku, selebtwit juga bukan. 

Sering banget pas lagi bengong tiba-tiba pengen mati. Pas lagi ngelakuin sesuatu jadi mikir kalo aku ini ga guna. Ya pokoknya semua emosi negatif itu makin menjadi-jadi deh. Apalagi kalo pas kena marah sama orang, bawaannya pengen meninggal saat itu juga. Kenapa sih orang kayak aku mesti dikasih hidup? Berguna juga nggak. Gampang minder lagi sama orang. Kenapa sih aku suka pesimis? Kayak yang susah aja gitu buat cari sisi positif dari sudut manapun, jadinya ya pasrah aja sama hidup. Mau dihajar kayak apa ya aku terima, tapi ujung-ujungnya kesel sendiri karena ngerasa ga punya power buat ngelawan.

Pernah sih kepikiran buat coba konseling, apalagi pas udah mulai ngerti tentang mental health issues. Tapi ya liat bajet sebagai anak kos kok kayaknya berat banget mesti bayar segitu buat ke psikolog. Akhirnya cuma jadi wacana harian. Masih betah jadi kaum mending. Mending stress daripada gapunya duit buat makan, malah makin stress. Pernah self harm karena udah gatau mesti gimana lagi, tapi untungnya belum parah jadi bisa dikontrol. 

Aku kadang bingung aku ini introvert atau emang anti social. Karena aku ga bisa nyari temen, bahkan meskipun udah akrab juga aku masih ngerasa sendirian. Punya pacar juga ga membantu banyak. Aku ngerasa emosiku udah terkuras luar-dalam sejak beberapa bulan terakhir. Seakrab-akrabnya aku sama temenku, aku masih tetep jaga jarak. I have trust issues with everyone. Aku takut kalo cerita bakal dimentahin karena ceritaku ga jelas atau karena meteka ga ngerti aku ngomong apa. Dan aku juga ngerasa kalo aku cerita ke mereka nanti mereka bakal merass terbebani sama ceritaku. Makanya aku nulis, makanya aku ngeblog. Karena aku gatau mau cerita sama siapa, mau cerita kemana dari dulu. I'm not used to have friends., therefore I'm not used to lean on people's shoulders. Aku milih sajak dan puisi karena artinya ga terlalu gamblang, jadi cukup aku yang ngerti artinya, orang lain cukup menikmati sebagai karya. Dan karena aku emang suka puisi, sekarang gatau ya karena udah lama ga nulis dan gatau mesti nulis darimana juga. Sejak tenggelam sama kehidupan, boro-boro nulis, ngurusin diri sendiri aja kadang ga sempet. 

Tulisan ini niatnya emang cuma buat ngeluarin uneg-uneg aja, emang gaada pikiran biar dibaca orang lain. Jadi ya kalo ada typo sama bahasa inggrisku yang begajulan ya biarin aja. Kalo ceritanya dari awal sampe akhir ga jelas juga biarin aja. Sepertinya emang otakku ga bisa mikir secara urut hehe. Aku ga minta perhatian, aku juga ga minta ditolong. Aku cuma pengen cerita aja, capek sama isi kepalaku sendiri. Aku aja ga ngerti mauku apa, besok mau jadi apa, nikah umur berapa, sama siapa, kerja dimana. Kepalaku sekarang isinya cuma pengen mati sama aku ga guna, orangtuaku nyesel ga ya punya anak kayak aku. 

Dah we, panjang amat
Written By Yus. Powered by Blogger.