Diujung Bingkai

/
0 Comments
Hujan masih setia membasahi malam sepiku, membuat para pemimpi bersandar pasrah pada jemari lelap panjang. Sedangkan bayanganku masih setia menemaniku berdiri diujung bingkai basah, mendekap semua resah yang kau ciptakan lewat kata. Aku lemas, bertumpu seadanya pada sebuah ujung disana.  
Seakan tak ada lagi pagi untuk esok, setelah kau sembunyikan dibalik seimut tebalmu. Resah masih bersamaku, ia enggan beranjak karena hujan masih bertumbangan. Ingin kusiram luka yang menganga sedari pagi, setelah kau beranjak pergi bersamanya. 
Kau yang hanya meninggalkan senyuman diujung bangku lapuk di taman itu, tanpa titipan nasehat. Membuatku harus memilih terluka, tenggelam dalam kubangan gelap bernama pahit. Jika saja kau tak datang saat hujan, mungkin aku hanya akan membenci nyamuk. 
Ketika kau memilih untuk memperbaiki kisahmu, dan menggantikanku dengan ia yang bisa menggenggam tanganmu sekarang. Aku hanya mampu menggantikan hadirmu dengan kenangan yang sepotong-sepotong itu, beserta penggalan lain dari puisi yang hilang.
Semoga esok, langit masih berbaik hati membuat pagi  yang baru, untuk mengganti malam yang basah oleh rindu dari sebuah ruang. Dan burung-burung masih setia bernyanyi, menghibur seorang pemuda ringkih dari masa lalu. Agar ia sanggup berjalan lagi untuk mencari kepingan pelangi yang terisak disebuah senja.



You may also like

No comments:

Written By Yus. Powered by Blogger.